" kita selalu lupa jalan pulang, dari mana kita datang, dimana kita sekarang, kemana kita akan pergi, mengambil yang sementara meninggal yang kekal, hidup adalah persinggahan dalam menuju ke distinasi yang kekal abadi "

Khamis, 22 Oktober 2015

Islam Mendahului Sains































CAHAYA BULAN ADALAH CAHAYA PANTULAN

Peradaban-peradaban awal manusia percaya bulan menghasilkan cahayanya sendiri. Sains kini memberitahu kita bahawa cahaya bulan ialah cahaya yang dipantulkan. Walau bagaimanapun, fakta ini telah disebut di dalam al-Quran 1400 tahun dahulu di dalam firman-Nya yang bermaksud: “Maha Berkat Tuhan yang telah menjadikan di langit, tempat-tempat peredaran bintang, dan menjadikan padanya lampu dan bulan yang menerangi.” (Surah Al-Furqan: 61)

Perkataan Arab untuk matahari di dalam Al-Quran ialah ´syams´. Ia merujuk kepada ´siraaj´, yang bermaksud api pelita (torch) atau ´wanhaaj ´yang bermakud ´lampu yang menyala´ atau ´diya´ yang bermaksud ´kemegahan yang menyinari.´ Ketiga-tiga keterangan itu memang sesuai untuk matahari memandangkan ia mengeluarkan haba dan cahaya oleh sebab kebakaran dalamannya.

Perkataan Arab untuk bulan pula ialah ´qamar´ dan ia diterangkan di dalam al-Quran sebagai ´muneer´, iaitu sesuatu yang mengeluarkan nur, iaitu cahaya. Sekali lagi, keterangan al-Quran menyamai sifat semula jadi bulan yang tidak menghasilkan cahayanya sendiri dan merupakan benda yang tidak aktif yang hanya memantulkan cahaya matahari. Tidak pernah sekalipun di dalam al-Quran, bulan disebut sebagai ´siraaj´, ´wanhaaj´, atau ´diya´ atau matahari sebagai nur atau ´muneer´.
Ini menunjukkan Al-Quran menyedari perbezaan di antara cahaya matahari dan cahaya bulan.

Lihatlah maksud ayat-ayat firman-Nya ini yang berkaitan dengan cahaya matahari dan bulan:

1. “Dialah yang menjadikan matahari bersinar-sinar (terang benderang) dan bulan bercahaya.” (Surah Yunus: 5)

2. “Tidakkah kamu mengetahui dan memikirkan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh petala langit bertingkat-tingkat. Dan Dia menjadikan padanya bulan sebagai cahaya serta menjadikan matahari sebagai lampu (yang terang benderang).” (Surah Nuh: 15-16)





ASAL-USUL ALAM DARIPADA ASAP?

Di dalam surah Fussilat 41: 11, Allah s.w.t berfirman yang bermaksud: “Kemudian Dia menuju ke langit dan langit ketika itu berbentuk asap lalu Dia berkata kepadanya dan bumi: ´Datanglah kamu berdua dengan tunduk atau terpaksa.´ Keduanya menjawab: ´Kami datang dengan tunduk.´”

Di dalam kitab Al-Asas fit Tafsir, jilid 9, halaman 5010, Said Hawa menyatakan: “Sesungguhnya di sana memang sudah ada suatu keyakinan bahawa sebelum terjadinya bintang-bintang, keadaan adalah di dalam bentuk gas nebula seperti asap. Dan pandangan yang seperti ini boleh dianggap sahih kerana ia begitu hampir dengan hakikat kalimat ´dukhan´ di dalam al-Quran.´


PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

Penciptaan alam semesta diterangkan oleh ahli astro-fizik (fizik angkasa) sebagai satu fenomena yang diterima ramai dan dikenali sebagai ´Big Bang.´ Ia disokong oleh data yang diperoleh daripada pemerhatian dan eksperimen oleh ahli astronomi dan ahli astro-fizik sejak berdekad-dekad lamanya. Menurut ´Big Bang´, seluruh alam semesta pada asalnya ialah satu jisim yang besar (Nebula Asas).

Kemudian terjadi ´Big Bang´ (Pemisahan Kedua) yang menghasilkan galaksi-galaksi. Ia kemudiannya berpecah-pecah lagi untuk menjadi bintang, planet, matahari, bulan, dan lain-lain. Asal penciptaan alam semesta ini memang unik dan kemungkinan untuk ia terjadi secara tidak sengaja adalah sifar.

Al-Quran mengandungi ayat berikut, berkenaan asal kejadian alam semesta: “Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya?” (surah Al-Anbiyaa´: 30)

Persamaan di antara ayat Al-Quran dengan teori Big Bang tidak dapat dinafikan lagi. Bagaimana sebuah kitab yang muncul di padang pasir Arab 1400 tahun lalu, mengandungi fakta sains begini?

WUJUD JISIM GAS SEBELUM PENCIPTAAN GALAKSI
Ahli sains berkata, sebelum galaksi-galaksi di alam semesta ini dibentuk, yang ada pada mulanya ialah bahan-bahan gas. Dengan kata lain, bahan-bahan atau awan gas yang besar wujud sebelum pembentukan galaksi-galaksi. Untuk menerangkan perkara ini, perkataan ´asap´ adalah lebih sesuai berbanding gas.

Ayat Al-Quran berikut merujuk kepada keadaan alam semesta oleh perkataan ´dhukhan´ yang bermaksud asap: “Kemudian Dia menujukan kehendak-Nya ke arah (bahan-bahan langit sedang langit itu masih berupa asap; lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi: ´Turutlah kamu berdua akan perintah-Ku, sama ada dengan sukarela atau paksa!´ Keduanya menjawab: ´Kami berdua sedia menurut - patuh dengan sukarela.´” (Surah Fussilat: 11)

Lagi sekali, fakta ini juga tidak diketahui oleh orang Arab pada zaman Nabi Muhammad s.wa.w. Justeru, dari mana pula sumber ilmu ini?


MADU DALAM LEBAH BETINA


DALAM al-Quran turut menyatakan perihal lebah jantan dan lebah betina yang mempunyai 16 pasangan kromosom. Bilangan kromosom lebah jantan dan lebah betina sama dengan bilangan ayat an-Nahl yang mungkin dianggap kebetulan oleh sesetengah orang.
Firman Allah SWT dalam surah ini:
“Dan Tuhanmu memberikan ilham kepada lebah: ‘Hendaklah engkau membuat sarangmu di gunung-ganang dan pokok kayu, dan juga di bangunan yang didirikan oleh manusia.” Surah an-Nahl: 16
Dalam ayat ini, Allah SWT mengilhamkan lebah (an-nahl) untuk membuat sarang di gunung, pokok kayu, dan bangunan yang dibina oleh manusia. Apabila diteliti ayat ini, manusia diseru supaya memerhatikan tingkah laku lebah yang diberikan ilham oleh-Nya yang tertera pada ungkapan takhizi, iaitu ayat perintah kepada lebah betina supaya membuat sarang.
Ayat perintah ini dapat diperhalus maksudnya dalam surah yang sama, iaitu: “Kemudian makanlah daripada segala jenis bunga-bungaan dan buah-buahan (yang engkau sukai), serta turutlah jalan-jalan peraturan Tuhanmu yang diilhamkan dan dimudahkannya kepadamu. (Dengan itu) akan keluarlah dari dalam badannya minuman (madu) yang berlainan warnanya, yang mengandungi penawar bagi manusia (daripada berbagai-bagai penyakit). Sesungguhnya pada yang demikian itu, ada tanda (yang membuktikan kemurahan Allah SWT) bagi orang-orang yang mahu berfikir.”
Surah an-Nahl: 69

Rencana ini dipetik daripada Dewan Kosmik Jun 2012.


MISTERI BLACK HOLE DALAM AL-QURAN

Underground Tauhid–“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. al-Isra [17]: 44).

Pernah mendengar black hole? Bintang raksasa berbentuk lubang hitam yang mampu menyedot dan menyapu semua benda langit di sekitarnya. Black Hole atau lubang hitam bisa dibilang penemuan paling fenomenal abad 20 di bidang astronomi. Sebelumnya, tak seorang ilmuwan yang pernah membayangkan bahwa di langit ada sejumlah bintang yang tampak mengerikan, apalagi bintang itu memang tidak terlihat.

Black hole atau lubang hitam menurut definisi ilmuwan NASA memiliki medan gravitasi sangat kuat. Akibatnya, benda-benda langit tersedot dengan intensitas tinggi tanpa terkecuali. Saking kuatnya, cahaya pun tidak bisa menghindar dari sedotan. Black hole terbentuk ketika sebuah bintang besar mulai habis usianya akibat kehabisan energi dan bahan bakar. Meski tidak terlihat, black hole memiliki medan magnet tingkat tinggi.

Fakta dan Angka
Mengenai bobotnya, black hole seberat bumi diameternya kurang dari satu sentimeter saja! Dan black hole seberat matahari diamenternya hanya 3 km. Subhanallah! Black hole ukuran sedang beratnya 10.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000 kilogram, atau 10 pangkat 31, dengan diameter 30 km saja. Ada banyak black hole di pusat galaksi kita dan galaksi-galaksi lain, dan satunya memiliki berat jutaan kali berat matahari. Diperkirakan jumlah black hole di alam raya ini jutaan bahkan ribuan juta.

Bagaimana Ilmuwan Melihat Benda ini?
Bagaimana ia bisa dilihat, sedangkan ia tidak mengeluarkan pancaran cahaya? Muncul pemikiran dari seorang peneliti bahwa black hole itu memiliki ukuran tertentu, dan ia berjalan di ruang angkasa. Ia pasti akan lewat di depan sebuah bintang, sehingga cahayanya tertutup dari kita, seperti kejadian gerhana matahari. Setelah ide itu dilaksanakan dan terbukti benar, maka para ilmuwan sepakat bahwa cahaya bintang tersebut tertutup karena lewatnya black hole, sehingga mengakibatkan tertutupnya pancaran cahaya yang bersumber dari bintang tersebut. Hal ini terjadi selama jangka waktu tertentu, kemudian bintang tersebut kembali menunjukkan sinarnya.

Black Hole dalam Al-Quran
Al-Quran menyebutkan banyak fenomena alam raya dan benda-benda luar angkasa, bintang, planet, nama bintang, galaksi dan lain-lain. Sebelum mengklaim adanya fenomena black hole dalam al-Quran, mari kita perhatikan ayat yang paling dekat untuk dikaji, yaitu di surah at-Takwir [81] ayat 15-16.

“Aku bersumpah demi bintang tersembunyi. Yang bergerak cepat yang menyapu.”

Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan salah satu mahluk-Nya, yaitu bintang yang bernama atau memiliki tiga karakter. Pertama, khunnas (الْخُنَّسِ) yang tersembunyi dan tidak terlihat. Karenanya, setan disebut juga khannaas (الخناس) karena ia tidak terlihat oleh bani Adam. Ini persis yang disebutkan ilmuwan tentang karakter black hole yakni invisible. Kedua, aljawaar (الْجَوَارِ) bergerak cepat dan sangat cepat. Ini sesuai dengan karakter black hole kedua yakni moves. Lafaz al-Quran tajri lebih perfect dibanding penjelasan ilmuwan, sebab kata ini bermakna bergerak cepat atau lari. Sementara moves tidak menggambarkan bergerak dengan cepat. Ketiga, al kunnas (الْكُنَّسِ) yang menyapu dan menelan setiap yang ditemuinya. Ini sesuai dengan karakter black hole yaitu vacuum cleaner.

Kunnas berasal dari kanasa artinya menyapu, miknasah alat untuk menyapu. Kunnas bentuk jamak dari kaanis yang menyapu. Kunnas adalah shigat muntaha jumuk (bentuk jamak paling tinggi) dari bentuk tunggal kaanis.

Para ulama tafsir klasik menjelaskan makna khunnas al jawaril kunnas adalah bintang yang cahayanya tidak muncul di siang hari dan muncul di malam hari. Namun ini hanya penafsiran bukan makna sesungguhnya. Penafsiran paling sesuai dengan realitas alam raya adalah black hole. Barangkali hal ini juga yang diisyaratkan oleh Al-Quran, “Apabila matahari digulung,” (QS. at-Takwir [81]: 1). Wallahualam bishawab.





 



Sebagai penjelajah laut, Costeau sangat terkejut. Tetapi bagi umat Islam yang mengetahui, penemuan ini tidak begitu mengejutkan. Di dalam al-Quran, surah al-Furqan ayat 53, dengan sangat terang menjelaskan hal itu. Firman Allah yang bermaksud: “Dan, Dialah yang menciptakan dua laut mengalir (berdampingan) yang ini tawar lagi segar dan yang lainnya masin lagi pahit. Dan Dia jadikan antara kedua-duanya dinding dan batas yang

menghalanginya.”


LEDAKAN BINTANG-BINTANG

Terjadinya ledakan bintang-bintang adalah mikrokosmos dari terbelahnya langit pada saat terjadi hari kiamat…




Terjadinya ledakan bintang-bintang adalah mikrokosmos dari terbelahnya langit pada saat terjadi hari kiamat, para ilmuwan telah menemukan bahwa bintang yang meledak seperti bunga mawar yang memiliki macam dan bentuk warna cerah, fakta ini sesuai dengan apa disebutkan Al-Qur'an sejak empat belas abad yang lalu dalam ayat yang berbicara tentang hari kiamat:





فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak”. (Ar-rahman:37)


PROSES KEJADIAN MANUSIA



Diantara contoh ayat Al-Qur'an yang mendahului ilmu pengetahuan (sains) adalah
pemberitaan Al-Qur'an mengenai proses kejadian manusia. Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kamijadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulangbelulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mukminun :12-14)

Di saat ayat ini turun, ilmu akal manusia pada zaman itu tidak mampu menjangkau fakta ilmiah ini. Demikian pula ilmu pengetahuan yang ada saat itu cukup sederhana untuk sampai pada hakikat yang besar ini. Di abad modern, fakta ini baru ditemukan setelah kemajuan ilmu biologi dan kedokteran.
Dalam bahasa arab, kata ‘Alaqah' memiliki 3 makna, yaitu :
1. Bermakna lintah.
2. Bermakna sesuatu yang tergantung.
3 .Bermakna segumpal darah.

Tidak terdapat perselisihan antar saintis (kedokteran) modern mengenai tiga makna yang terkandung di dalam kata ’Alaqah ini . Makna ‘Alaqah' sebagai lintah adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia yang masih berusia 1-24 hari, menempel pada uterus (rahim) ibu, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit. Serupa pula dengan ‘lintah’ yang memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia juga memperoleh darah dari ibunya ketika hamil.
Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap ‘alaqah, Profesor Moore, seorang profesor Emeritus ahi anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan yang banyak pada keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqah memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Pada tahap ini, embrio mendapatkan makanan dengan cara menghisap darah ibunya, sama seperti lintah. Arti kedua, ‘alaqah adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqah. Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Professor Moore mengatakan: “kami menemukan penampakan luar embrio selama tahap alaqah seperti penampakan segumpal darah, adanya sejumlah besar darah membentuk embrio. Juga selama tahap ini darah dalam embrio tidak bersirkulasi sampai usia embrio mencapai akhir minggu ke tiga. Jadi embrio pada tahap ini mirip dengan segumpal darah. Jadi ketiga deskripsi embrio tersebut di atas secara akurat terdiskripsi dalam satu kata dalam Al-quran yaitu kata ”alaqah”. Tahap perkembangan embrio selanjutnya setelah alaqah adalah ”mudghah”. Kata mudghah dalam bahasa arab berarti ”sesuatu yang dikunyah”. Pada tahap mudghah, ukuran embrio mirip dengan ukuran permen karet yang umum dikunyah orang.
Al-Qur'an telah mengungkap ini pada 1400 tahun yang lalu, padahal saintis baru mengetahui perkembangan embrio ini setelah ditemukannya mikroskop, suatu alat yang belum dikenal pada 1400 tahun yang lalu. Orang pertama di dunia yang menggunakan mikroskop untuk mengamati sel sperma manusia (spermatozoa) adalah Hamm dan Leeuwenhoek pada tahun 1677, lebih 1000 tahun setelah ayat ini turun. Hamm dan Leuwenhoek pun ketika itu masih salah mendiskripsikan tahap perkembangan embrio.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan