Masih tentang cerita backpacking
saya ke Chiang Mai, di hari kedua ini kami akan mengunjungi kota Chiang
Rai, kota paling utara dari Thailand dan berbatasan langsung dengan
Laos dan Myanmar. Untuk tur kali ini kami menggunakan jasa tour travel,
alasannya yang pertama untuk menyingkat waktu dan yang kedua
tempat-tempat yang akan kami kunjungi jaraknya berjauhan dan agak susah
nyari transportasi umum. Untuk review tentang tur travel yang saya pakai
silahkan baca disini
Karena
destinasi wisata kami letaknya di luar kota Chiang Rai, jadi saya tidak
bisa melihat langsung seperti apa kota Chiang Rai. Katanya sih lebih
modern dari Chiang Mai, ya semoga suatu saat nanti ada kesempatan
menjelajah kota Chiang Rai hehe. Destinasi kami hari ini adalah ke Hot
Spring, White Temple (Wat Rong Khun), Long Neck Karen Tribe Village,
Mekong River dan Laos, dan yang terakhir adalah perbatasan
Myanmar-Thailand. Yuk kita bahas satu-satu hehe.
Destinasi
yang pertama adalah Hot Spring Water, kalau mendengar kata “Hot Spring
Water” apa yang ada di pikiran kita? Pastinya sumber air panas dimana
kita bisa relax dan santai sambil merendam kaki kita, tapi jangan
berharap lebih! Soalnya Spring Water yang saya kunjungi ini cuma mata
air kecil yang mengeluarkan air panas terus di belakangnya ada tulisan
Chiang Rai Hot Spring Water. Selebihnya, seperti rest area, kita bisa
makan, minum atau ke toilet. Tour guide kami hanya memberikan waktu
sekitar 15 menit disini. Oh ya, kalau pingin nyoba air panasnya bisa
pergi ke toilet, soalnya airnya panas hehe.
Destinasi
selanjutnya adalah Wat Rong Khun atau White Temple, dinamakan White
Temple karena bangunannya berwarna putih semua. Sedangkan kata Rong Khun
diambil dari nama daerahnya. Wat Rong Khun ini dibangun oleh seorang
pelukis asal Thailand untuk menunjukkan kecintaannya pada Buddha.
Saya
sempat terkagum melihat keindahan White Temple ini, bener apa yang saya
baca di blog, serasa berada di atas awan. Berdasarkan penjelasan dari
tur guide saya, makna filosofis dari putih itu adalah warna surga.
Jembatan sebagai jalan masuk di White Temple diibaratkan seperti jalan
ke surga. Di depan White Temple ada ilustrasi tangan orang-orang yang
ceritanya jatuh ke neraka dan meminta pertolongan. Waw, serem juga ya
hehe. Sayangnya pintu masuk Wat melaui jembatan itu sedang ditutup dan
saya tidak menemukan pintu masuk lain ke dalam Wat, padahal saya pengen
banget masuk ke Wat itu, yang katanya ada mural painting yang
menceritakan bagaimana para hero dunia menumpas kejahatan. Overall,
White Temple ini jadi tempat wajib kalau kita pergi ke Chiang Rai karena
ini juga salah satu ikon Chiang Rai. Karena waktu yang terbatas, kami
tidak bisa menikmati dan menjelajah setiap sudut Wat. Destinasi lain
menanti kami hehe.
Destinasi
ketiga adalah destinasi yang liputannya sering saya liat di TV, suku
berleher panjang. Dulu saya cuma bisa terbengong-bengong saja dan
bertanya-tanya dimana tuh Chiang Rai, Alhamdulillah sekarang saya bisa
melihatnya langsung. Kampung suku Karen terletak agak terpencil,
sebenarnya masih banyak sih suku-suku lain yang berleher panjang, tapi
yang paling terkenal adalah suku Karen, katanya sih karena mereka
cantik-cantik hehe. Orang-orang dari suku tersebut berasal dari Myanmar
atau China yang mengungsi karena suatu konflik.
Mungkin
banyak yang bertanya-tanya kenapa leher mereka bisa panjang termasuk
saya hehe. Kata tour guide saya, itu bukan lehernya yang memanjang tapi
bahunya yang semakin turun, sehingga menimbulkan kesan leher memanjang .
Menurut legenda, dulu ada wanita suku Karen yang tewas karena lehernya
digigit harimau. Karena itu semua wanita suku Karen harus menggunakan
itu, alasan lainnya katanya semakin panjang semakin cantik hehe. Waw,
kalau saya tinggal disana mungkin saya gak laku kali ya hahaha.
Mereka
mulai mengenakan kalung di leher dari umur 5 tahun sampai mereka
meninggal. Semua aktivitas mereka lakukan dengan menggunakan kalung itu,
mulai dari mandi, makan, tidur . Waw, saya sih gak bisa membayangkan
susahnya beraktifitas dengan kalung itu, mau noleh aja susah. Dan kalung
itu berat sekali loh, saya coba taruh di kepala saja sudah bikin pusing
haha. Kalau zaman dulu kalungnya terbuat dari emas tapi sekarang
terbuat dari besi/tembaga yang berwarna emas, karena takut terjadi
kejahatan terhadap wanita suku Karen.
Sampai
saat ini penduduk suku Karen hidup dengan damai di bawah lindungan
pemerintah Thailand, meskipun mereka tidak di akui secara resmi dan
tidak memiliki kartu identitas warga Thailand. Karena itu mereka tidak
bisa pergi sekoah, bekerja di luar desa dan lain sebagainya. Sekarang
suku Karen hidup dari menenun kain dan dari tiket masuk yang kita bayar
sebesar 300 baht. Sedangkan untuk lelaki suku Karen mereka bercocok
tanam dan berburu. Kalau ingin baca review lengkap tentang suku Karen
ini silahkan baca postingan khusus saya disini.
Sebelum
kami melanjutkan perjalanan, tur guide kami yang pengertian sekali
membawa kami ke tempat peristirahatan dan makan siang di tepi sungai
Mekong. Mungkin dia melihat wajah kelaparan kami haha. Demi keamanan
saya pilih vegetarian food yang sama sekali gak ada rasanya T_T ,
untunglah ada sop jagung yang membantu memberi rasa gurih.
Setelah
makan saya bertanya pada tur guide saya tempat shalat, dengan sedikit
menyesal dia bilang tidak ada, tapi dia mau bantu mencarikan. Ah, we
love you deh!! Akhirnya setelah mencari-cari , sang manager restaurant
yang juga gak kalah baiknya menawarkan ruang kerjanya. Managernya baik,
ramah, dan lucu. Awalnya saya kira dia pelayan biasa, soalnya dia pakai
kostum pelayan dan ikut hilir mudik melayani tamu-tamu. Keren deh
pokoknya!! Ruang managernya terletak di depan restoran dan transparant,
jadi waktu kami shalat diliatin bule-bule. Berasa jadi penghuni kebun
binatang sih, udah ruangannya designnya kayu dan temanya hutan-hutan
gitu, ditambah ada kaca transparant, diliatin lagi,untung gak di foto
haha. Cuek aja deh , Bismillah…..
Selesai
break dan makan siang, sekarang saatnya kita cuss menyebrangi sungai
Mekong menuju Laos. Thailand Utara berbatasan langsung dengan Laos dan
Myanmar. Perbatasan ini dikenal dengan nama Golden Triangle. Dulunya
tempat ini punya sejarah kelam karena menjadi pusat perdagangan Narkoba,
karena merupakan daerah perbatasan tempat ini rawan sekali konflik dan
sering dijadikan sebagai tempat pelarian para pengungsi dari China,
Myanmar dsb. Oh ya, kalau kita menyusuri sungai Mekong, kita bisa sampai
ke China loh, mungkin itulah kenapa saya lihat banyak orang China di
Thailand dan hampir budaya di Thailand dipengaruhi budaya China karena
letak geografisnya yang lumayan dekat. Sungai Mekong sendiri merupakan
sungai terpanjang di Asia Tenggara, bahkan yang saya dengar kalau kita
ke Vietnam kita juga masih bisa menyusuri sungai Mekong.
Sesampainya
di Golden Triangle, kami langsung di ajak untuk naik boat menyebrangi
sungai Mekong menuju Laos. Biaya untuk menyebrang ini adalah 300 Baht
atau sekitar 100 ribuan, ditambah dengan tiket masuk Laos 30 baht
sekitar 10 ribuan. Sebenarnya kita bukan masuk Laosnya sih, cuma pulau
kecil di perbatasan Laos-Thailand. Kalau mau lebih masuk lagi ya harus
pake Visa dan di cap paspor. Di pulau ini kita bisa foto bersama papan
dengan tulisan “Welcome Laos” kan lumayan keliatannya udah pernah ke
Laos gitu hehe. Selain itu, kita juga bisa membeli oleh2 seperti kaos,
gantungan kunci, tas-tas dengan merk Gucci, Prada, tapi palsu loh ya
hihihi. Yang menarik dari Laos terutama bagi bule-bule adalah minum
wishky, loh minum wishky kok menarik? Iya, soalnya wishkynya ada
campuran cicak, ular, atau kalajengkin yang diawetkan dan dimasukan ke
dalam botol. Uwooow !! Seandainya saya pun boleh minum wishky, dibayar
berjuta-juta pun saya masih mikir-mikir buat minumnya hehe.
Setelah
puas keliling pulau, yang isinya cuma pasar doank, kami kembali
menyebrang sungai Mekong untuk melanjutkan perjalanan menuju Mae Sai,
border Myanmar-Thailand. Sayangnya kita gak bisa masuk ke Myanmar,
karena harus di cap paspor dan bayar 500 baht. Akhirnya kita cuma
foto-foto aja di bordernya dan melihat Myanmar dari seberang hahaa.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 17.00 saatnya kami pulang ke Chiang Mai, tour
guide saya keliatannya udah capek karena matanya udah benjol gitu, tapi
masih sempet kita ajak narsis haha. Perjalanan ke Chiang Mai
menghabiskan waktu sekitar 3 jam-an dan sempat istirahat sebentar untuk
ke toilet hehe. Di dalam mobil kami pulas semua, mungkin kecapekan ya
hehe yang bertahan tinggal tour guide dan abang supir, saya sendiri
mabok darat karena AC yang dingin dan lapar. Kalau kalian pake tur
travel, lebih baik bawa snack cadangan deh buat ganjel perut.
Sesampainya
di Chiang Mai, saya minta diturunin di Night Bazar karena mau cari
makan dulu. Eh, akhirnya semua bule-bule ikut-ikutan turun di Night
Bazar hehe. Karena malas keliling-keliling kami langsung makan di tempat
makan Islam yang kami temui pertama kali, dia bilang semua tempat makan
tutup dan cuma dia yang buka. Karena perut kami udah teriak-teriak plus
kepala yang masih pusing habis perjalanan, kami langsung terima
tawarannya. Begitu kami buka menuu, wawa mahalnyaaaa….Saya pilih menu
sehemat mungkin, nasi putih dan sup jamur, Vegetarian lagi deh padahal niatnya mau cari Tom Yam Kung. Ya sudahlaah…
Selesai
makan kami, muter pasar sebentar, tergoda beli dompet haha, pas muter
lagi nemu tempat makan halal yang menyediakan menu Tom Yam Kung. Ya
Allah…haha, beginilah akibatnya kalau terburu-buru hoho. Puas
muter-muter kami langsung pulang ke hotel pakai song thew. Badan dan
kaki udah minta dilurusin hehe. Sampai jumpa besok!!!
Keterangan | Baht | Rupiah |
---|---|---|
Tiket Travel | 1250 | 475000 |
Breakfast di Hotspring | 70 | 26600 |
Nyebrang Sungai Mekong | 300 | 114000 |
Tiket Masuk Don Xao Laos | 30 | 11400 |
Jajan + Ice Cream | 52 | 19760 |
Makan di Restoran Nigh Bazaar | 120 | 45600 |
Songthew | 20 | 7600 |
Ganci Karen | 133 | 50540 |
Kaos Golden Triangle | 120 | 45600 |
Kaos Myanmar | 300 | 114000 |
Dompet Night Bazaar | 30 | 11400 |
Ganci Laos | 60 | 22800 |
Total | 2485 | 944300 |
– Kalau punya banyak waktu cobalah menginap sehari di Chiang Rai sehingga punya banyak waktu untuk lebih mengeksplor kota Chiang Rai, White Temple dan Golden Triangle, juga bisa masuk ke museum Opium yang menceritakan sejarah masa lalu Golden Triangle.
-Kalau waktunya terbatas, saya sarankan memakai tour travel saja. Karena lebih menghemat waktu dan bisa mencakup semua
Tiada ulasan:
Catat Ulasan